Rabu, 28 Maret 2012

Sejarah Batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya.



Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakarta, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan batik jogja.

Sabtu, 17 Maret 2012

Menjelang Piala Dunia Batik Bola Mewabah


Menjelang piala dunia yang akan dimulai tahun 2014, badan sepak bola dunia atau FIFA bekerjasama dengan brasil akan memastikan piala dunia nanti akan meriah.  Seperti itu pula yang dilakukan para penggemar piala dunia, mereka sudah mulai menyambut ajang bergengsi yang dilakukan empat tahun sekali itu dengan beramai-ramai menggunakan pernak-pernik club kesayangan mereka. Bersamaan dengan itu para pengerajin di kota solo membuat inovasi  berupa batik yang bernuansa batik bola.

 Ternyata upaya tersebut  disambut baik masyarakat, para selebritis pun mulai menggunakan batik bola dibeberapa kesempatan hingga  batik bola jadi idola. Para pengrajin batik berlomba-lomba dalam berinovasi agar baik bolanya diminat. Semoga dengan banyaknya batik bola diminati, semangat untuk mengangkat batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia juga semakin berkembang baik di Indonesia sendiri maupun di dunia.

Sabtu, 10 Maret 2012

Jenis Corak Batik Berdasarkan Asalnya

Batik Hokokai
Kata Hokokai berasal dari bahasa Jepang. Motif Hokokai didisain ketika Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1940-an. Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi.
Kawung
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang takluk dan angkat kaki dari Indonesia, batik sebagai industri mengalami masa surut. Namun, motif-motif batik terus berkembang, mengikuti suasana. Ketika itu juga muncul istilah seperti batik nasional dan batik Jawa baru. Batik Jawa baru bisa disebut sebagai evolusi dari batik Hokokai. Pada tahun 1950-an batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik Hokokai yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen-isen-nya tidak serapat batik Hokokai.
Batik Pekalongan
a





Batik Tiga Negeri






Sarong Van Zuylen






Dewa-dewa






Eliza Woman Sarong






Garuda

Batik Cirebon





Batik Kompeni






Batik Mega mendung


Batik Solo





Solo pattern






Batik Tulis Tiga Negri

Batik Yogyakarta





Parang Barong






Parang Curiga






Parang Rusak

Selasa, 06 Maret 2012

Membatik dengan Teknologi


 Membatik dengan rumus metematika
Corak batik kotemporer
Berwisata ke kota solo belum lengkap rasanya kalau tidak membawa oleh-oleh yang menjadi khas kotanya. Diantaranya yang paling menarik yakni batik. Beragam motif batik yang awalnya hanya digunakan dilingkungan keraton saja. Kini dari berbagai lapisan masyarakat sudah menggunakan batik.Dari yang tingkat klewer sampai tingkat butik seperti danarhadi.
Sehubungan dengan pertumbuhannya, batik solo tergolong jenis batik keraton yakni batik yang tumbuh didaerah keraton. Sampai saat ini pengerajin batik solo tumbuh berkembang pesat dilingkungan sekitar keraton, seperti pasar klewer, kampung batik kauman dan laweyan.
Bahkan baru-baru ini untuk membantu para pengerajin batik PT. Telkon Indonesia bekerjasama dengan Intel Indonesia Corp. belum lama ini mengajak para pengerajin batik di Solo untuk menggunakan software batik yang dinamakan j-Batik. Penggunaan software ini diharapkan bisa membantu para pelaku industri batik dalam menghadapi persaingan usaha terutama dalam persaingan usaha di tingkat Dunia.
Melalui berita yang dirilis koran lokal solopos, event ini ini sengaja diadakan untuk mengangkat salah satu potensi industri di kota solo sekaligus untuk menambah pengetahuan ilmu digital dimasyarakat serta menjelaskan bahwa j-Batik bisa memudahkan pembuat design batik, untuk mengasilkan karya design batik yang baru dan sesuai dengan selera pasar.
Selama ini meski punya keunikan tersendiri namun ada beberapoa motif batik Indonesia yang kurang begitu diminati oleh pasar luar negeri, meski untuk pasar dalam negeri peminatnya cukup banyak.
Dengan menggunakan j-Batik, akan muncul yang namanya batik fractal, yakni design batik yang membentuk design, warna serta corak maupun ornamennya yang dibuat berdasarkan rumus matematika yang semua prosesnya menggunakan teknologi digital atau komputer. sehingga selain bisa didapat pilihan design yang sangat beragam, waktu yang digunakan untuk membuat design juga relatif singkat.

Jumat, 02 Maret 2012

Solo Batik Carnival

Solo BatikCarnival (SBC)  adalah karnaval yang mengambil tema batik. Untuk itu bahan yang digunakan para peserta semuanya juga batik.Tahun 2008 dan 2009 acara ini mampu menyedot perhatian ratusan ribu orang. SBC digelar untuk mengangkat citra batik dan Solo sebagai kota batik. Ratusan model akan memperagakan busana batik, kreasi mandiri peserta karnaval dalam tampilan dan desain yang makin atraktif, memikat dan berani.
Solo Batik Carnival (SBC) 2010 akan diselenggarakan untuk mengangkat kota solo sebaai kota batik. Tema yang diambil terinspirasi dari lingkungan hidup sekaligus memberikan pembelajaran akan kepedulian terhadap alam dan menciptakan sebuah carnival yang ramah lingkungan.
Tema :Flora (menggambarkan keindahan tumbuh-tumbuhan dan warna-warni bunga yang menghiasi alam),Fauna (menggambarkan keindahan dari binatang yang berlarian, berterbangan dan menari dengan warna warna yang indah yang menghiasi alam),Anak Anak (untuk kostum anak-anak akan lebih berwarna dan imajinatif karena semua keindahan alam raya akan tergabung dan menjadi kesatuan yang sangat indah).
Melalui bentuk karnaval budaya tentang ekologi lingkungan yang terdiri dari berbagai komunitas yang saling mempengaruhi diantaranya tanah, hutan, sawah, air dan satwa kehidupan dan lain-lain diharapkannya masyarakat mau mengerti akan pentingnya masalah tersebut. Melaui ini pula diharapkan masyarakat menjaga pentingnya keharmonisan lingkungan di kota Solo dalam kesatuan ekosistem untuk menciptakan Solo Hijau, Bersih, Sejahtera, kata Bambang. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat yang menyaksikan Solo Carnavalini mau belajar memperhatikan lingkungan hidup, dengan tidak menginjak-injak tanaman bunga yang ada di kiri kanan jalan dan tidakmembuang sampah di sembarang tempat.
Untuk selanjutnya diikuti kelompok ekologi taman yang terdiri dari kelompok musik kentongan 100 orang, peraga taman bunga 100 orang, petani perempuan 100 orang, petani membawa cangkul 50 orang, penari kukilo 50 orang, peraga kuda, sapi dan kerbau 30 orang, peraga memedi sawah 100 orang, petani membawa pecut 100 orang dan kelompok wayang padi 100 orang. 
Kelompok ekologi hutan terdiri dari kelompok musik kentongan 100 orang, satwa 50 orang, penari merak lima orang, penari kidang 30 orang, penari wanoro 50 orang, kelompok pembawa maket gunung, kelompok manusia pohon 50 orang dan penari jatayu 50 orang. Dalam kegiatan ini juga melibatkan berbagai kesenian kas daerah yang berasal dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Kabupaten Klaten.